“Kalau bisa, ga Jakarta deh”
“Ga kebayang tinggal di Jakarta”
“PNS atau bankir, tar dulu deh”
Keinginan jaman mahasiswa dulu untuk ga kerja di Jakarta, bahkan sangat rela jika harus ditempatkan di kota manapun di seluruh Indonesia, asal jangan Jakarta. Noted. Asal tidak Jakarta. I just couldn’t imagine how people could survive there, and I thought maybe I can’t make it. Atau untuk menyelami pekerjaan menjadi PNS atau bankir, had no idea why I don’t want to join at that time.
But life didn’t say so,
Here I am..
Setahun lebih enam bulan saya sudah di Jakarta, dan belum tahu sampai kapan. Meski aliran doa untuk kerja di tempat asal masih tetap dilantunkan. Dan kini, masuk setengah tahun join menjadi bankir. Jadi akhir kuartal tahun 2014 kemarin, saya malah didekatkan dengan dua pilihan, PNS dan bankir.
Antara pengen ketawa dan miris, kalau inget omongan dulu terus ngeliat kondisi sekarang. Antara ga nyangka juga. Ternyata sudah sejauh ini, kehidupan membawa saya.
Been wondering, questioning, complaining...
Kok?
Kenapaa?
Diantara ribuan jenis pekerjaan, dan ribuan kota di seluruh Indonesia bahkan dunia, kenapa begini?
Semacam diejek atau diuji, entah lah.
Sampai suatu saat teman saya bilang, “justru mungkin disitu poinnya. Justru karna kamu berpikir kamu ga akan bisa bertahan, Tuhan pengen ngasih tau kamu. You could survive anyway.”
Hhmm... interesting point of view.
Dan sempat cerita sama guru saya tentang kejadian lucu ini. She said, “Justru semakin kamu ingin menjauh, akan semakin didekatkan. So just let it be. Mencintai sekadarnya, membenci juga sekedarnya”
Mungkin ada benarnya juga.
Well, beranjak dari situ,
Apa saya harus benci sama Lee Seung Gi atau Lee Min Ho?
Biar didekatkan?
Apa saya harus benci sama Lee Seung Gi atau Lee Min Ho?
Biar didekatkan?
#BarisanBubarGrak #NgarepBinNgayal #GakTahuDiri #NamanyaJugaNgayal #YaSekalianTinggi :p