Kamis, 26 Agustus 2010

Aktif Depan ‘Panggung’

Sebut saja dia, orangnya aktif berorganisasi, emang tipikal orang yang gak bisa kalo gak sibuk. Jadi merasa harus do something, malah terkadang bagian kerja orang lain juga ikut terlibat saking aktifnya (ato saking pengen eksisnya?), yaa intinya aktif lah..
kalo sekilas doang kenal ma dia, mungkin kita bakal respek ma dia. Orangnya pinter ngomong, pilihan katanya yang baik dan cukup murah senyum. Tapi lama-kelamaan, teman-teman saya yang lain mulai gak suka dengan tingkahnya, perilakunya terkesan over, terkesan dibuat-buat, hanya untuk carmuk (red.cari muka. Emang mukanya taro dimana ampe harus dicari-cari? Hhe.. *garing). Back to the topic, yahh intinya gitu, lama-kelamaan kenal, ohh ternyata kayak gini orangnya.. terlalu mendominasi, baik itu pada saat rapat, presentasi atau apapunlah pokoknya sesuatu hal yang berhubungan dengan tampil dimuka umum, yang berhubungan dengan orang-orang penting, pasti disambut dengan sigap mengangkat tangan, atau menawarkan diri untuk menjadi sukarelawan. Makanya kalau yang berhubungan dengan ngomong di depan kelas dan dia hanya diam saja, temen-temen yang lain ngecengin… ‘tumben ga ngomong’. Hhohoho…
Sebenarnya ga salah juga kalo pengen maju ke depan, tapi kalo giliran kerja di belakang ‘panggung’ dia suka gak ada dan gak sesibuk apa yang kita liat di depan. Nahh… bahayanya disini.. kalau udah kayak gini kan, ga baik untuk kesehatan kerja kelompok.. gimana nasibnya, orang yang bakatnya lebih aktif tekun kerja dan giliran presentasi dia pasif, lucky for him, si aktif depan panggung meski dia rada gabut untuk urusan kerja di belakang ditambah dengan kemampuannya berbicara meyakinkan depan umum. Sekilas mungkin, orang-orang melihatnya seperti dia yang kerja sendirian. Karena terkadang orang-orang hanya melihat apa yang tampak dari depan. Sama kayak kita ngeliat sebuah konser, kita mungkin lebih terfokus pada penyanyinya, tapi pernahkan terpikir siapa orang yang membuat konsepan konser itu, dan siapa yang ngedekor panggung semegah dan sekeren itu? Mungkin hanya sedikit yang memikirkannya.
Balik lagi ke orang itu, Satu sisi sebenarnya dia punya potensi yang bagus (cara ngomongnya yang terkadang berbobot dan dirangkai dengan baik sehingga enak didengar,aktif, dll), tapi sisi lain yang gak bagusnya adalah kesan ‘over’ dari si orang tersebut dan bikin orang lain jadi ngomongin dia, termasuk saya. (ampuni dosa saya Ya Allah…)
Saya jadi miris sendiri, sisi potensinya yang bagus yang bisa membuatnya maju, yang sebenarnya gak semua perilaku dia salah, hanya karena kami (orang-orang sekitarnya) menangkap aura atau kesan ‘over’, carmuk darinya, dia harus jadi pembicaraan.
Sebenarnya kadang-kadang gondok juga ma tipikal orang yang aktif depan ‘panggung’.. kita yang kerja dibelakang layar, tapi dia dengan pedenya dan rangkaian kata-katanya yang bagus seolah hanya dia yang mengerjakan semuanya.
Intinya apa yah dari tulisan ini? Yaaa….. yang pasti, kalo mau aktif, jangan Cuma depang panggung doang, jangan sambilan carmuk juga karena sebenarnya setiap orang (penonton) bisa ngerasain mana yang tulus mana yang gak, kalo aktif.. yaa.. bagusnya aktif di belakang dan depan layar..
Buat si aktif depan panggung, mungkin anda harus memberikan kesempatan orang lain untuk maju menunjukkan kapasitasnya, tapi kalo giliran si pasif maju jangan diserobot juga.. beri kesempatan dia pelan-pelan, dia butuh adaptasi yang biasanya di belakang layar dan harus mucul depan panggung. Mungkin si aktif rada greget ma si pasif yang keliatan canggung depan layar karena gak kebiasa. Sekali lagi.. slowdown.. kuasai keinginan mendominasimu.
Dan buat si pasif, sering-seringlah maju ke depan, buat adaptasi juga. Dan diperlukan ketegasan bahwa “ini adalah giliran saya” karena terkadang si aktif yang biasa ngomong di depan latah untuk ikutan ngomong juga, bisa-bisa balik lagi dominasi dipegang si aktif depan panggung.